EXOtic’s Fiction “ Just Like You” – Part 8

EXOtic’s FICTION

Exo1stwonderplanet.wordpress.com

“Just Like You”

 

*Title : Just Like You

*Part : 8

*Main Cast :

ë  Kris Wu

ë  Kim Hyeon

ë  Kim Sun Hye

*Length :  Series

*Genre : Romance

*Rating : PG 13

*P.S :  Ini adalah karya original by YuanFan. Dilarang keras untuk mem-plagiat dan mencopas tanpa seijin author

leave comment please

*Sinopsis : Kris Wu dan Kim Hyeon menikah muda, mereka menyembunyikan status mereka karena mereka sama-sama seorang pelajar. Ini semua dikarenakan kemauan kedua orang tua mereka. Mereka hidup bersama selama setahun, meski begitu perasaan mereka tak bergeser, Kim Hyeon masih menyukai mantan pacarnya Park Chanyeol. Kris? Dia belum menemukan seorang yang tepat untuk dirinya. Sampai kemudian memutuskan untuk bercerai. Apakah perasaan akan berubah menjadi cinta??

 

*Disclaim :

SEMUA FANFICTION YANG DIPOST exo1stwonderplanet.wordpress.com adalah milik author yang menulis. DO NOT POST ANYWHERE WITHOUT ANY PERMISSION. And after read, please give comment^^ Every words from EXOWPers is A GOLD! *bow*

**

Hyeon POV

Kris tidak bertanya atau bicara padaku beberapa hari ini sejak aku memintanya menceraikanku dengan segera tempo hari. Aku semakin tak bisa berpikir tenang, dia mengacuhkanku sekarang. Aku tak mau mencoba untuk merayunya atau meminta maaf padanya. Ini lebih baik dari pada aku semakin berharap padanya.

“Kalian akan terus perang dingin?” Sun Hye eonnie bertanya padaku saat kami berdua belanja di supermarket bersama. Aku hanya tersenyum simpul.

“Aku tidak memulainya atau bermaksud seperti itu,” kataku sambil mengambil sayur wortel, Kris sangat benci dengan sayuran ini. Aku tersenyum sendiri membayangkannya.

“Lalu, bagaimana dengan pernikahan kalian berdua?” tanya Eonnie lagi.

Aku menggeleng sambil menggedikan badanku.

“Eonnie, aku ingin bertanya padamu,”  gumamku. Dia memandangku dengan seksama.

“Apakah kau menyukai Krissie?”

Wajah Sun Hye berubah, ada semburat merah dipipinya, dia juga nampak salah tingkah. Aku tersenyum simpul melihatnya.

“An-aniya… kau mengarang,” dia mendengus geli sambil mengibaskan tangannya.

“Gurae? Padahal aku berharap kalian berdua saling menyukai. Kalian sangat serasi,” ucapku.

“Mwo? Apa yang kau katakan? Aku tak pernah berfikir sampai sejauh itu. Aku… dekat dengan kalian berdua sudah cukup, hanya sebagai saudara. Kalian berdua memberi warna dalam hidupku. Aku sangat bahagia,” Sun Hye tampak menerawang jauh.

“Eonnie-ya, apakah keluargamu tak mencarimu?”

“Hem? Beberapa mencariku, beberapa tidak. Aku tak peduli, aku ingin tinggal bersama kalian untuk waktu yang lama. Apa kau mengijinkan?” tanyanya serius. Aku mengangguk, aku tak pernah keberatan untuk hal itu. Dia menepuk bahuku lembut.

“Gomawo, Hyeon-ah,”

“Ne~”

Aku sengaja melewatkan makan malam, aku tak lapar. Setelah mengantar Sun Hye eonnie berbelanja, aku menghabiskan waktu dengan mengedit gambar yang tidak penting dikamarku. Sebenarnya aku merasa bosan, tapi aku malas bertemu Kris. Aku kembali menengok ke arah pintu, tidak ada yang mengetuk untuk mengecek keadaanku. Biasanya Kris akan mengomel, menggedor pintu saat aku melewatkan makan malam. Bahkan dia akan masuk ke kamarku secara paksa membawa jatah makan malamku. Bila aku tetap tak mau makan, dia akan menyuapiku sampai benar-benar habis. Sekarang, tidak lagi.

Aku mendengar suara ponselku berdering. Aku merogoh tasku, berharap itu telepon yang bisa mencerahkan hatiku malam ini. Entah dari siapa saja.

“Yeoboseo?” jawabku.

“Ini Appa,” suara namja yang sangat kurindukan. Aku lonjak girang dari tempat dudukku, hatiku membuncah senang. Jarang sekali Appa meneleponku.

“Appa, aku sangat merindukanmu!!” pekikku bahagia.

“Ah~, ne~, mianheyo, Hyeon-ah… Appa dan Omma sangat sibuk, jadi hanya sempat mengirimimu surat setiap minggu. Kami juga merindukanmu.” Kata Appa lembut. Kurasakan mataku mulai menggenang airmata.

“Bagaimana keadaan kalian berdua? Baik-baik saja?”

Aku terdiam sejenak. Aku tak mungkin menceritakan bila saat ini aku bertengkar dengan Kris, mereka akan khawatir.

“Ne~, kami sangat baik-baik saja.” Bohongku, aku menelan ludahku.

“Kami sangat baik-baik saja,” aku mempertegas suaraku untuk menyakinkan Appa.

“Aah, syukurlah. Appa dan Omma selalu memikirkan kalian berdua. Kalian tidak berbuat macam-macam ‘kan?”

“Apa yang dimaksud dengan ‘macam-macam’?!” aku mendengus sebal.

“Kris menjagaku dengan sangat baik tanpa menyentuhku,” tiba-tiba suaraku tercekat.

Aku baru menyadari betapa baiknya Kris. Appa bicara panjang lebar selama mereka berada di Jepang, bagaimana bagusnya negara Jepang. Mereka sungguh tak adil meninggalkan aku sendirian. Appa adalah orang kedutaan, dan Omma adalah Psikolog. Herannya Omma selalu ikut kemana Appa pergi. Bahkan sampai rela meninggalkanku sendirian, demi Appa. Kadang-kadang aku sebal dengan Omma.

“Appa, aku ingin menanyakan sesuatu..” gumamku pelan.

“Apa itu ,Sayang?”

“Sejak setahun yang lalu aku memikirkan hal ini, tentang pernikahanku dengan Kris. Apa kalian dan orangtua Kris telah merencanakannya?” aku sedikit takut menanyakan hal ini. Appa lama sekali tak menyahut, aku menunggunya dengan berdebar. Aku sangat dengan hal ini, sangat ganjil sekali bila mereka menikahkan kami padahal kami baru saja saling mengenal.

“Yah, Appa…” panggilku. Tak ada sahutan, apakah Appa marah padaku atau bingung aku harus menjawab hal ini karena kenyataannya mereka merencanakannya? Aku mendengus sebal Appa tidak menjawabku.

“Yah!!” teriakku tak sabaran. Aku menarik ponsel dari telingaku dan bersiap berteriak… Ah sial! Aku melempar ponselku ke ranjang. Ternyata ponselku mati, low bat!! Padahal aku sudah berdebar menunggu jawaban Appa. Aku mengacak poni depanku, dan merasakan semakin bosan. Aku merangkak ke ranjang dan menggapai ponselku.

“Yah… ayo kita makan. Aku sangat lapar..” kataku manja. Aku mendengar jawaban ‘Ne~’ membuatku tersenyum sangat cerah.

Kris POV

Hyeon tak ikut makan malam, dia mungkin sengaja. Tapi aku tak mau berbaik hati kali ini. Aku melarang Sun Hye mengantarkan makan malam untuknya atau memintanya turun. Dia sangat keras kepala, biar saja. Bila dia lapar nanti, dia akan turun dengan sendirinya. Aku akan diam saja, dan mulai tak peduli dengannya. Ada Chanyeol ‘kan?

Aku diam didepan televisi, tapi pikiranku tak ada disini. Melayang entah kemana. Hyeon benar-benar serius dengan permintaan cerainya. Aku merasa tak bisa hidup tanpanya, tapi aku tak ingin memilikinya.

“Kris-ah, apakah tak apa membiarkan Hyeon melewatkan makan malam?” tanya Sun Hye tampak khawatir.

“Dia akan turun dengan sendirinya bila dia lapar. Ini biasa terjadi,” kataku tanpa mengalihkan pandanganku dari televisi.

Aku berbohong, hal ini pertama kalinya terjadi. Kadang bila dia melewatkan makan malam seperti ini, aku yang bertindak sampai dia menghabiskan jatah makan malamnya.

“Jangan khawatir, biasanya dia mempunyai persediaan makanan bila dia bisa bertahan sampai saat ini,” aku tersenyum menenangkan Sun Hye.

Dia duduk disampingku, aku hanya meliriknya sekilas. Sun Hye memang benar-benar cantik. Gosip yang beredar disekolah, dia adalah ratu kecantikan disekolah. Aku sama sekali tak tahu tentang hal itu, kalau bukan karena Luhan si tukang gosip itu.

“Sun Hye-ya… apakah kau tak apa kau terus tinggal disini?” tanyaku. Sun Hye menelengkan kepalanya memandangku.

“Apakah aku merepotkanmu?” dia malah balik bertanya padaku, wajah aegyo-nya membuatku tak bisa memandangnya lama-lama. Aku segera berpaling dari wajahnya.

“Ani… aniya. Kau malah banyak membantu kami. Hanya saja, aku takut keluargamu sangat khawatir. Mereka pasti sangat merindukanmu,” gumamku.

“Aku tak tahu, sampai sekarang tak ada yang mencariku kan?”

Aku tak mengerti kata-kata yang dimaksud Sun Hye. Apakah keluarganya sangat tidak peduli padanya?

“Sekarang, aku menemukan keluarga baru. Kalian,” katanya seraya tersenyum sangat cantik. Aku sampai salah tingkah dibuatnya.

“Aku juga sudah menganggapmu sebagai saudaraku,” timpalku.

“Aku boleh bertanya?” gumamnya, aku mengangguk.

“Bagaimana bisa kau dan Hyeon menikah?”

Ah, pertanyaan ini… aku sangat malas menjawabnya. Aku sendiri sampai sekarang tak tau apa latarbelakang kami menikah. Aku harus menjawab apa sekarang?

“Orangtua kami,” jawabku singkat.

“Kalian dijodohkan?” dia masih bertanya lagi.

“Emh, sepertinya begitu. Kalaupun diceritakan kaupun tak akan pernah paham, aku sendiri juga hampir tidak paham.” Aku tersenyum sendiri menyadari jawabanku sangat membingungkan. Sun Hye tampak mencerna kata-kataku, dia berpikir keras.

“Kalau kau tak paham mengapa kau mau mengikuti kedua orangtua kalian?”

Ya, ampun… kenapa dia masih bertanya juga. Aku tersenyum simpul sambil menggedikan bahuku.

“Aku sebenarnya tinggal di China. Aku tak tahu mengapa mereka menikahkan kami. Akupun tak tahu, kenapa aku menerimanya. Alasan kedua orangtuaku, supaya aku ada yang mengendalikan dan Hyeon ada seseorang yang menjaganya selama kedua orangtuanya keluar negeri,” kataku agak ragu melihat wajah Sun Hye yang bertransformasi menjadi lebih idiot dari sebelumnya.

Dia menerawang ke langit-langit sambil mengangguk ragu.

“Lalu mereka mengambil jalan keluar dengan menikahkan kalian?”

Aku mengangguk.

“Orangtua kalian menganut paham tradisional? Seperti yeoja dan namja tak boleh tinggal bersama kecuali orang yang sudah menikah?”

Aku menjetikan jariku sambil mengangguk, aku senang dia mengerti penjelasanku.

“Berarti kau dianggap ‘pervert’ oleh orangtua Hyeon?”

Aku sweetdrop dengan pertanyaan terakhirnya. Sun Hye melihat ekspresiku membuncahkan kakakan suara nyaringnya.

“Aku hanya bercanda… Kau namja yang baik Kris-ah,” katanya sambil tebahak. Dia benar-benar menyebalkan.

“Yah, aku hanya bercanda…,” tambahnya saat menyadari ekspresiku tak berubah.

“Kau namja yang baik, jarang sekali aku menemukan namja sepertimu. Kalau tidak, kau akan mencuri kesempatan dari Hyeon ‘kan?”

“Sebenarnya, itu yang selalu yang kupikirkan. Kau tak tahu Hyeon. Dia bahkan bisa melontarkanku keudara, karena itu aku tak berani mencobanya.”

Sun Hye kembali terkakak, aku benci dia terbahak sekalipun dia tetap cantik.

“Lalu, masalah perceraian itu?”

Aku menegang saat Sun Hye menanyakan perceraian. Aku sedang tak ingin membahasnya. Aku mengalihkan pandanganku ke jam dinding, pukul 10 lewat.

“Kenapa Hyeon belum juga turun?” gumamku, disisi lain aku mengalihkan perhatian Sun Hye tentang  pertanyaannya.

“Mungkin dia tertidur,” gumam Sun Hye.

“Dia akan sakit perut pagi harinya bila dia terlambat makan malam. Lagipula, Hyeon tak akan bisa tidur sebelum minum segelas susu. Aku akan melihatnya,” aku beranjak dari dudukku, mengambil kunci duplikat kamarnya dan segera menaiki tangga.

Tak ada suara dari dalam, jarang sekali dia membuat ketenangan seperti ini. Apakah dia sudah benar-benar tertidur, tapi dia belum makan. Ah, ini salahku. Aku terlalu egois.

“Hyeon…” panggilku seraya membuka pintu kamarnya.

Aku mengedarkan pandanganku keseluruh sudut kamar yang gelap. Aku tak melihat sosoknya, aku berjalan ke arah saklar lampu. Kosong. Dia tak ada dikamarnya??!! Aku merasakan hembusan angin, pandanganku kearah jendela yang tirainya bergoyang tertiup angin.

“Yaahhh!!! HYEOOONN-AAHH!!!”

Hyeon POV

 

Aku tersenyum sendiri membayangkan Kris marah, bila dia masuk kamar mencariku dan aku menghilang. Bila dia memang mencariku… Aku agak sesak memikirkannya. Tapi, aku tak mau meneruskan hubungan konyol ini berlama-lama. k

“Hyeon-ah!” teriak seseorang. Aku memicingkan mata, melihat seseorang yang melambai diseberang jalan.

“Luhan Opppaaa!!!” aku balas teriak lebih kencang lagi.

Dia berlari menyeberangi jalan. Aku sengaja menelepon untuk mengajaknya makan.

“Gomawo sudah mau menemaniku,” kata agak malu. Hari ini Luhan Oppa sangat tampan dengan baju casualnya.

“Oppa, kau sangat tampan, mungkin efek malam hari jadi jerawatmu tak terlihat,”

“Kau sembarangan,” dia menjitak kepalaku. Aku mengaduh kesakitan dan memanyunkan bibirku.

“Jangan memukul kepalaku seenaknya,” kataku kesal.

“Dasar. Kau bilang kau lapar, kita makan dimana?” tanya Luhan.

Aku asal menunjuk Mc.D yang tak jauh dari kami berdiri. Luhan tersenyum dan mengangguk, dan berjalan menggandengku. Dia sudah seperti kakak sendiri bagiku, walaupun kadang tingkah yang hyperaktif itu sangat menyebalkan. Tapi, dia adalah salah satu tiga orang—Suho oppa dan Xiumin oppa—yang kuanggap sebagai kakakku sendiri.

“Kau benar-benar kelaparan,” gumam Luhan saat melihat aku mengginggit beef  burger besar-besar. Aku berhenti mengunyah sejenak dan memandangnya. Aku menyeringai malu.

“Aku seharian tak makan,” kataku memberinya alasan.

“Kau bertengkar dengan Kris?”

Mati aku, tebakannya tepat. Aku hampir tersedak gara-gara pertanyaannya. Aku menyoba bersikap biasa, menyedot cola-ku dan menggeleng.

“Jinja?” tanyanya seakan tak percaya padaku.

“Aku dan Kris tak pernah bertengkar, kau selalu lihatkan. Kami selalu baik-baik saja,”

“Baik-baik saja dari mana?! Kalian seperti kucing dan anjing, selalu saja bertengkar.” Luhan mencibirku. Aku berdecak sebal padanya.

“Meskipun begitu aku tak pernah sampai bertengkar..” aku mencoba berargumen. Luhan menyeringai lalu mengangguk, dia masih kurang percaya rupanya.

“Hyeon-ah, apakah kau sedikitpun tak ada perasaan pada Kris?”

Aku ingin menyumpal mulut Luhan dengan sisa burger yang kupegang. Aku hanya meliriknya sebal.

“Apakah aku terlihat tertarik pada Kris?” aku menunjuk wajahku. Luhan menggedikan bahunya.

“Tapi, waktu satu tahun bukanlah rentang waktu yang sedikit. Aku tak yakin perasaan diantara sama sekali tak ada,” Luhan berbicara tanpa melihatku, dia sibuk dengan ayamnya.

“Aku memang menjadi tergantung padanya akhir-akhir ini. Tapi, pernikahan ini adalah suatu hal yang bodoh. Kau tau sendiri awal mula kisah kami,”

“Apakah kalian tak pernah ingin tahu alasan apa yang membuat orangtua kalian menikahkan kalian? Padahal kalau boleh dikatakan, keluargamu dan keluarga Kris baru saja saling mengenal,”

Aku terdiam sejenak. Apa yang dikatakan oleh Luhan ada benarnya. Sebenarnya pikiran seperti itu pernah ada, tapi aku selalu beranggapan ini semua takdir.

“Apakah aku terlihat seperti orang bodoh?”

“Hem?” Luhan mendongak menatapku, aku menyingkirkan ayam dari tangannya dan menaruhnya dipiringnya sendiri.

“Apakah aku seperti orang bodoh?”

“Menurutmu?”

“Kalau aku tahu jawabannya, aku tak akan bertanya padamu,” kataku sebal seraya menyabet ayam goreng dari piringnya dan memakannya.

“Yah!” serunya. Aku memasang wajah setanku, yang membuat raut wajah Luhan tampak kesal dan jelek. Haha.

Sun Hye POV

Apakah masih ada celah diantara aku dan mereka? Kris dan Hyeon berkata mereka tak pernah ada sedikitpun perasaan. Tapi mustahil, selama bersama satu tahun tak pernah terjadi sesuatu. Aku gundah merasakannya, Kris selalu memenuhi pikiranku. Aku merasakan ponselku berdering.

“Ne, Jessica-ya?” jawabku sebelum Jessica bicara.

“Yah, Sun Hye-ya… Mama-mu mencariku. Dia datang kerumah menanyakan tempat tinggalmu sekarang, ottoke??”

Aku menegang. Mama mencariku? Untuk apa? Dia tak  mungkin mengkhawatirkanku.

“Jinja? Lalu apa yang kau katakan?” aku agak takut mendengar jawaban Jessica.

“Aku jawab, ‘mianheyo, molla’ , aku tak berani mengatakan hal yang sebenarnya.”

Aku bernafas lega, tapi ini bukan waktunya aku merasa aman. Mama akan menyuruh beberapa orangnya untuk mencariku dan membawaku pulang, entah apa alasannya.

“Gomawo, Jessica-ya… apakah dia marah padamu?”

“Aniya, aku tau dia selalu memasang wajah tenang,”

Mama memang tak pernah berkata keras sekalipun apa yang diucapkannya kasar. Dia selalu menjaga imej dan penampilannya agar tetap berwibawa.

“Kapan kau pulang, Sun Hye-yah? Kau tak akan terus-terusan berada dirumah Kris ‘kan?”

Aku bingung untuk menjawabnya. Dilain hati aku tak mau merepotkan Kris dan Hyeon lama-lama, tapi aku juga tak ingin meninggalkan rumah ini.

“Molla,”

“Yah, Sun Hye-ya..” gumam Jessica pasrah.

“Aku tahu, tapi aku ingin disini sejenak lagi. Boleh ‘kan?” tanyaku pada Jessica, berharap dia akan mengatakan ‘Ne’. Terdengar dia mendesah bosan.

“Terserah kau saja. Sun Hye-ya, apa tak sebaiknya kau utarakan saja perasaanmu pada Kris?”

“Ani..” potongku.

“Aniya, sepertinya dia akan menolakku bila mengatakannya sekarang. Aku akan menunggu waktu yang tepat.”

Ya, aku menunggu Kris benar-benar bercerai dengan Kim Hyeon. Aku akan menunggunya.

“Sun Hye-ya, kau benar-benar menyukainya ternyata. Aku senang bisa menyukai seorang namja, kau sangat sulit untuk jatuh cinta.”

Aku tersenyum mendengar kata-kata Jessica.

“Tapi, Kris… akhir-akhir ini dia berubah. Kau ingat pertama kali kita menjadi siswa baru, dia terkenal tukang pembuat onar dan hobbi sekali tawuran. Dan sekarang aku jarang menemukan beritanya tentang hal itu lagi,”

“Ne~,” jawabku agak mengambang. Pikiranku melayang, benarkah ini semua karena Hyeon?

“Yah, Sun Hye-ya… aku mengantuk. Aku mau tidur, kau juga harus segera tidur—“

“Tunggu, Jessi… aku mau bertanya. Tentang Luhan—“

“Apakah kita harus membahasnya sekarang?” tanya Jessica terdengar bernada kesal.

“Aku sangat mengantuk hari ini, jaljayo…”

Jessica menutup teleponnya. Aku diam terpaku menatap ponselku. Mengapa Mama tidak langsung menelepon ponsel ku? Bukankah lebih gampang langsung bertanya padaku? Pasti ada sesuatu. Entahlah, firasatku agak sedikit kurang nyaman. Aah, mungkin aku hanya terlalu lelah hari ini.

Kris POV

Hyeon sungguh kurang ajar, berani-beraninya dia kabur lewat jendela kamarnya. Sialnya lagi, ponselnya sengaja ditinggalkannya rupanya. Dia pergi dengan Chanyeol?? Ah, bukan urusanku. Tapi aku sangat penasaran sekali, aku mengotak-atik ponselnya. Aigoo, mengapa dia memberi password ponselnya??

Aku berpikir keras, kuletakkan kembali ponsel itu diranjangnya. Aku sangat penasaran, kuambil kembali mencoba menuliskan passwordnya.

“Kris…” gumamku sambil menekan keypad touchscreen-nya.

“Salah?” kataku tak percaya. Dia tak menggunakan password dengan namaku??! Padahal aku selalu menggunkan namanya untuk semua password yang kumiliki. Sungguh tak adil !!

“Chanyeol,” aku mencoba mengetiknya. Masih salah juga.

“Kenapa bukan nama Chanyeol juga? apakah dia memakai namanya sendiri??!” Aku merentangkan badanku lelah diranjangnya.

“Luhan,” aku menekan asal.

“Apa?!” pekikku saat lock-nya terbuka.

Apa-apaan ini kenapa “Luhan”?? Ya, ampun… apa lagi ini??!! Aku melihat panggilan telepon keluar, malam ini, ke nomor… LUHAN??!

“Ada apa dengan Luhan??!” pikirku acak-acakan.

Srakk!! Aku mendengar sesuatu berderak dari luar. Hyeon pulang. Aku melemparkan kembali ponselnya ke tempat semula. Aku mematikan lampunya seperti semula, dan duduk diatas ranjang menunggunya. Terlihat sosok Hyeon melompati jendela dengan sangat lincah sekali. Dia cocok sekali menjadi pencuri, atau sudah mantan pencuri?!!

“Kau darimana?” tanyaku langsung.

“Kyaaaaa……!!!!!” pekiknya kaget.

Aku menekan saklar lampu yang tak jauh dariku, wajah Hyeon tampak sangat terkejut.

“Kris-ah.. kau mengagetkanku!!” dia menghampiriku dan memukulku dengan bantal.

“Yah~, kau darimana?!” tanyaku lebih keras.

Dia berhenti memukulku dan menghenyakan dirinya ke ranjang, berbaring seenaknya.

“Itu bukan urusanmu,” katanya sinis.

“tentu ini masih jadi urusanku, kau istriku,” aku menekankan suaraku. Hyeon menoleh padaku cepat.

“Kris!! Jangan buat seolah-olah itu pagar pembatasku, kau senang sekali mengatakan hal itu akhir-akhir ini. Membuatku sebal. Kita bercerai sebentar lagi, mengkhiri tindakan konyol kedua orangtua kita.”

Aku sedikit terkesiap memandangnya, matanya tampak merah. Pertama kali aku melihat Hyeon seperti ini.

“Kenapa kau senang sekali membahas perceraian??” aku lebih mengeraskan suaraku. Hyeon bangkit dari tidurnya dan bersila menghadapku.

“Apakah karena Chanyeol? Kau ingin kembali bersamanya? Apa bagusnya dia, Hyeon-ah…”

“Tak ada hubungannya dengan Chanyeol. Tak ada hubungannya,”

“Oh, jadi dengan Luhan? Benar?” tanyaku panas.

Hyeon menyipitkan matanya, dia mengkerutkan dahinya.

“Aku tak menyangka, kau semurahan itu pada namja—“

Plaaak!!! Aku merasakan panas dipipi kananku. Hyeon menamparku. Aku terbeliak dan kembali menatapnya. Matanya semakin merah, dan berair.

“Sudah cukup, Kris. Sudah cukup…” katanya, bibirnya bergetar.

“Kita akhiri semua saja sekarang,”

Dia beranjak dari ranjang dan keluar kamarnya tanpa menoleh padaku lagi. Aku terdiam, aku tak tau… aku tak bisa berteriak menahannya. Hyeon-ah… pekikku dalam hati.

TBC

**

THANKS FOR READING 😀 WE OPEN BAD AND GOOD COMMENTS, BUT STILL ! KEEP RESPECT  😀

FOLLOW OUR TWITTER SPECIAL FOR UPDATE ALL ABOUT EXO: @EXO1st

FOLLOW OUR TWITTER SPECIAL FOR UPDATE FANFICTION : @EXO1st_INA

ALSO RECEIVE PRIVATE EMAIL 😀 JUST SENT TO : ask.exo1st@yahoo.com

Exofirstwonderplanet@yahoo.com

VISIT OUR WORDPRESS : exo1stwonderplanet.wordpress.com

ORIGINAL MADE BY @yuanitasugianto @exo1st_INA , NO PLAGIRISM.

If you interest become official author or freelance author, please see https://exo1stwonderplanet.wordpress.com/ff-freelance/

Tagged:

8 thoughts on “EXOtic’s Fiction “ Just Like You” – Part 8

  1. Cynthia October 6, 2012 at 1:34 PM Reply

    hah????
    cerai???
    aduhh penasaran nih… knp kok passwordx bs luhan?? kok g chanyeol??? trs sun hye gmn?? jessuca n luhan gmn???
    aduhh aq pensaran >.<
    dtgu part selanjutx 😀

    • 1authorexo1st October 10, 2012 at 6:48 PM Reply

      udah posted loh part 9 nya 😀

      -yuanfan-

  2. 1authorexo1st October 7, 2012 at 4:22 AM Reply

    ne~ gomawo udah ngikuti terus 😀 /terharu/
    yups.. hayoo entar Hyeon malah sama sapa?? hehe
    keep reading yaa :D/bow/
    semangat nih buat ngelanjutinny, saya akan segera update 😀

    -yuanfan-

  3. dink October 7, 2012 at 7:04 AM Reply

    owow.. luhan bakal diembat jugakah *?*
    lanjut unn,ak msh pnasaran knp ortu mreka tiba-tiba ngjodohin.

    • 1authorexo1st October 10, 2012 at 6:45 PM Reply

      waah, luhan saya embat aja deeh. hehe.
      gomawo udah keep reading. part 9 nya udah posted loh 😀

      -yuanfan-

  4. hanjesi October 11, 2012 at 3:45 AM Reply

    WAAAAAAEEEE LUUUHHHANNNNNNN

    • 1authorexo1st October 13, 2012 at 8:57 AM Reply

      tenang… gwenchana.. dia ga apa-apa 😀
      cuma sesek napas. silahkan beri nafas buatan /nunjuk luhan/

      -yuanfan-

      • hanjesi October 14, 2012 at 3:32 PM

        *Siap-siap buat CPR*

Leave a reply to 1authorexo1st Cancel reply